Jumat, 09 Januari 2015

Tenggarong Kutai Carnival (TKC)

Hai gaeessss, sedikit mau share pengalaman pergi travelling nih, seru banget loh perjalananku kali ini, diperjalananku kali ini aku bersama-sama teman satu jurusan semester I, III, dan V yaitu jurusan Usaha Perjalanan Wisata beserta dosen juga. Nah langsung aja aku share pengalamanku ini hehe...

Pada hari sabtu tepatnya di tanggal 18 Oktober 2014 kami bersama-sama pergi menghadiri acara Tengggarong Kutai Carnival (TKC) tepatnya di Tenggarong Kalimantan Timur. sebelum kami menuju ke acara kami singgah ke kampoeng kutai, di sana kita bisa melihat rumah adat suku kutai mulai dari awal dibangun sampai bisa menjadi rumah sungguhan yang layak ditempati. Nah awalnya rumah adat ini dibangun bukan dari kayu atau beton, rumah ini di bangun dengan hanya menggunakan daun kelapa dan bambu, sangat sederhana, tetapi dengan seiringnya zaman rumah ini terbentuk menjadi rumah yang berbahan kayu seperti bentuk rumah selayaknya.

Rumah adat Koetai sebelum zaman modern

Rumah adat Koetai pada zaman modern

Setelah itu sambil kami melihat-lihat rumah tersebut sembari kami menonton acara naik ayun anak yang baru lahir, dan kebetulan di kampoeng kutai tersebut mengadakan acara naik ayun yang dihadiri jga oleh para anggota ASITA se-Indonesia. 

 

Pada pukul 11.30 setelah selesai kami mengikuti acara di kampoeng kutai tersebut kami langsung menuju ke planetarium untuk melihat-lihat isi yang ada di dalam planetarium dan menonton tentang galaxy tata surya.

 

Ini studio di planetarium

Add caption

Kemudian tepat pukul 13.45 kami bergegas pergi ke TKC yang tempatnya berada di depan kantor bupati, dan dihadiri oleh bupati dan wakil, anggota ASITA, dan Mahasiswa/i dari Samarinda. Diadakannya acara seperti ini dalam rangka memperingati HUT Tenggarong yang ke 232 dan ini kali ketiga Tenggarong mengadakan carnival, sebelumnya pada tahun 2012, dengan kostum yang bertema Hudoq, Tameng, dan Kipas. Kemudian diadakan lagi pada tahun 2013 dengan mengambil tema kostum Berlian, Seraong, dan Anggrek. Lalu diadakan lagi pada tahun ini tahun 2014 dengan menampilkan tema kostum corak burung Enggang, Mangrove, dan Purun. Menurut info yang saya dapat, TKC di tahun ini meningkat menjadi 200 peserta, dan 30 diantaranya adalah anak-anak berusia 7-12 tahun. 

Kostum Enggang

Kostum Purun (Kerajinan anyaman)

Kostum Mangrove (Pohon Bakau)

 

 

 


Tenggarong Lampion dan Bukit Biru

Masih di Tenggarong pada tanggal 18 Oktober 2014, setelah dari menyaksikan TKC, kami tidak langsung pulang ke rumah masing-masing. Kami pergi menginap di rumah penduduk (home stay) di daerah Loa Kulu untuk melihat malam Lampion dan mendaki Bukit Biru, tetapi tidak bersama adik tingkat, hanya semester 5 saja yang menginap. Di home stay ini kami diberikan pelayanan yang sangat memuaskan, penduduknya di sana sangat ramah dan welcome sekali dengan kami. Pada pukul 19.00 kami pergi ke Tenggarong dan kantor bupati untuk melihat lampion diterbangkan, dan senangnya kami adalah kami yang menerbangkan lampionnya, dikarenakan kami mendapat undangan dari TKC tadi, sekaligus malam lampion. Lampion diterbangkan pukul 21.00, dan kami beramai-ramai menerbangkannya, sungguh malam yang tidak bisa kami lupakan, dan rasanya ingin kembali ikut dalam menerbangkan lampion hehe~
Setelah itu kami kembali ke home stay untuk pergi mendaki Bukit yang dinamakan Bukit Biru, yang juga keinginan saya untuk mendaki bukit tersebut.

Pada saat ingin menerbangkan lampion



Di tanggal 19 Oktober 2014, pada saat pukul 03.00 pagi buta kami terbangun untuk bersiap-siap mendaki bukit biru, dan pada pukul 03.30 kami mulai mendaki Bukit Biru, Bukit yang katanya memiliki tinggi 656 meter dan tanpa pengaman sama sekali. dulunya Bukit Biru ini adalah bukit pada zaman penjajahan Belanda beberapa puluhan tahun lalu, terbukti dengan adanya pos yang sudah berpuluh-puluh tahun berdiri di puncak Bukit Biru tersebut. Awal mendaki sih saya merasa sangat bersemangat karena tidak terbayangkan oleh saya bagaimana tingginya bukit itu, dan pada pertengahan mendaki saya merasa bahwa bukit ini terlalu terjal untuk yang tidak mempunyai keahlian dalam mendaki, saya sempat menyerah pada waktu itu karena saya merasa tidak kuat lagi untuk mendaki, tetapi dengan tekad, niat dan keinginan saya untuk mendaki, maka rasa lelah dan menyerah itupun hilang. Sangat menyenangkan sekali rasanya ketika telah sampai di atas Bukit Biru, melihat pemandangan yang sangat indah dan melihat sunrise secara langsung, dan ini kali pertama saya mendaki setinggi itu. Akan tetapi sayangnya pada saat kami mengunjungi tempat tersebut pada pas musim panas, jadi sepanjangan bukit tersebut terlihat sangat kering dan sayangnya ada saja kelalaian para pendaki yang camping dan membuang bekas kayu bakarnya sehingga terjadi pembakaran hutan. Jika diberi izin untuk pergi ke sana lagi mungkin saya sudah sering ke sana hehehe~


       
Keindahan alam pagi
Detik-detik munculnya sunrise


Bersama pecinta alam (yang dibelakang) lainnya, padahal belum saling kenal hihi


Selasa, 23 Desember 2014

Sungai Hitam atau Black River Samboja



On the last trip (13/12/14) kali ini kami menyusuri Sungai Hitam atau Black River, dengan menggunakan kapal yang di sewa dengan harga Rp 25.000 dan berisikan 10 orang. Sungai Hitam ini sebenarnya adalah nama salah satu anak sungai yang bermuara di Sungai Kuala Samboja. Di sebut sungai hitam karena pada waktu tertentu,  warna air tesebut berasal dari lahan gambut dan dedaunan yang membusuk di tepi sungai dan terbawa aliran sungai kuala samboja.


Sepanjang menyusuri sungai kami melihat beberapa jenis flora dan fauna, jenis flora yang kami lihat adalah pohon mangrove dan nipah yang menjadi habitat bekantan, tetapi ada beberapa pohon yang gersang, kemudian fauna yang kami lihat adalah Bekantan, yaitu hewan yang serupa dengan monyet, yang berbeda adalah hidungya, jika monyet mempunyai hidung yang biasa, bekantan ini mempunyai hidung yang berwarna kuning dan panjang. Bekantan ini hanya keluar pada pagi hari dan sore hari saja pada saat tidak terlihat matahari. Untung saja kami sempat mengabadikan foto bekantan tersebut. tetapi sayangnya ketika saya mengambil foto bekantan, saya tidak mendapatkan hidungnya dikarenakan jarak mengambil foto dengan bekantannya jauh.



 Dan inilah bekantan yang kelihatan dari depan, foto ini saya ambil dari google hehe...



Setelah melihat bekantan kami balik menyusuri sungai menuju ujung sungai yang berbatasan dengan laut, sepanjang susur sungai kami juga melihat di kanan dan kiri rumah-rumah masyarakat serta penduduknya yang sedang melakukan aktivitas sperti memancing, mencuci, mandi, dan bermain air, dan juga melihat kapal hias yang cantik.




Minggu, 21 Desember 2014

BOS (Borneo Orang Utan Survival) Samboja




Perjalanan kedua (13/12/14) kami mengunjungi obyek wisata minat khusus, yaitu BOS (Borneo Orang Utan Survival) yang terletak di Handil km 44 kel. Samboja, Kutai Kartanegara, perjalanan yang cukup lumayan lama dari Balikpapan menuju BOS dan memakan waktu sekitar 45 menit. Sebenarnya pada awal kami sampai, sebelum masuk ke tempat rehabilitasiya, kami diberikan pengenalan tentang apa itu BOS dan apa saja yang terdapat di sana. Berhubung pada saat itu kami sedikit terlambat dan juga waktu kami tidak banyak, maka kami langsung pergi ke tempat rehabilitasinya. BOS kepanjangan dari Borneo Orang Utan Survival, yaitu merupakan proyek rehabilitasi orang utan yang sangat dilindungi dan hampir punah sebelum dilepaskan ke habitat aslinya. Di BOS ini selain orang utan, terdapat juga hewan lain seperti beruang madu.
 
Yes I am in Suaka Beruang Madu 



Beruang madu ini awalnya juga hidup di alam liar, mungkin karena hampir punah juga dan sangat dilindungi maka di rehabilitasikan oleh BOS ini sendiri. Terdapat 9 beruang madu mulai dari yang masih kecil hingga yang sudah dewasa, pada saat itu kami hanya melihat 2 beruang, yang baru berumur 3 tahun bernama Lady dan beruang dewasa yang sudah berumur 7 tahun yang bernama Bento. Beruang-beruang madu ini ternyata sebenarnya lebih ganas daripada hewan-hewan lainnya, dengan gigi dan kuku yang lebih tajam dibandingkan hewan lainnya, dia bisa merobek-robek pagar besi yang cukup kuat hingga benar-benar robek. Beruang madu ini makanannya bukan daging, tetapi makanan dari beruang madu sehari-hari ini adalah buah-buahan yang rutin diberikan setiap hari, bahkan beruang madu ini juga diberikan sarapan yang sudah dimasak.
This Is Lady
My Name Is Lady

I'am Criss

Me with Criss

Setelah kami melihat si beruang madu kami langsung menuju tempat Kawasan Konservasi Orang Utan, dilengkapi juga sekolah orang utan yang menjadi tempat bermain dan pengenalan keterampilan orang utan. Sayangnya pada saat kami melihat orang utan kami tidak dapat memegang dan menggendongnya dikarenakan mereka liar pada saat melihat orang yang baru dilihatnya, jadi kami melihat dan berfoto dari jauh saja.





Bersama dosen dan dokter Orang Utan



Kami di sana juga melihat bangunan yang disebut Samboja Lodge, yang merupakan tempat untuk sebuah program ecowisata, terdapat beberapa paket yang ditawarkan dalam program ini, diantaranya Program Rehabilitasi Satwa (Orang Utan dan Beruang Madu), kegiatan rehabilitasi lahan kritis, kegiatan kebun organic, kegiatan pembuatan pupuk organik (kompos) dan pengamatan kehidupan liar yang ada di sekitar area BOS. Di sana juga menyewakan cottage tempat untuk menginap di lantai paling atas, dengan view yang sangat indah di lihat dan udara yang sangat sejuk untuk dihirup, akan tetapi tidak terdapat  signal seluler karena tempatnya yang benar-benar sangat menyatu dengan alam, tapi jangan khawatir, di lantai paling dasar menyediakan sarana olahraga billyard bagi yang hobby bermain, dan terdapat juga restoran.

Billyard Area




Mahasiswa/i Politeknik Negeri Samarinda Jurusan Pariwisata

Oleh-Oleh Khas Balikpapan Gulung Jenebora




Kalimantan Timur mempunyai banyak obyek wisata, mulai dari obyek wisata yang sudah terkenal maupun yang belum terkenal sama sekali. Inilah salah satu kota yang kami (Mahasiswa/i Politeknik Negeri Samarinda khususnya Jurusan Pariwisata) datangi pada tanggal 13 Desember 2014 adalah Kota Balikpapan. Di Kota Balikpapan ini sendiri terdapat banyak obyek wisata, tempat pertama yang kami kunjungi adalah Oleh-Oleh Balikpapan Gulung Jenebora. Gulung Jenebora adalah merk dagang yang dibentuk dibawah naungan badan usaha PT. Indonesia Villajaya yang beralamatkan di Jalan Jendral Sudirman No. 429 Balikpapan. Nama Gulung Jenebora ini digunakan karena produk khas andalannya adalah cake bolu gulung, yang berdiri pada tanggal 12 Desember 2014 dan menjadi oleh-oleh khas Kota Balikpapan bagi wisatawan yang mengunjungi Kota Balikpapan. Selain bolu gulung, di Gulung Jenebora ini juga memproduk berbagai jenis cake lainnya dengan berbagai macam rasa dan bentuk yang bervariasi, seperti Gulung Pandan Cheese, Gulung Durian, Gulung Rainbow Naga, Gulung Polkadot, Soft Durian Mini, Gulung GreenTea, Gulung Nanas, Roll Pisang, Banana Bread, Kue Pisang Buah Naga, Bingka Original, Bingka Pandan, Kue Pisang Pandan Cheese, dan Simple Brownies, dengan harga mulai dari Rp. 27.000 sampai dengan Rp. 59.000. Berikut adalah rincian harganya





Di sana kami melakukan kunjungan Kewirausahaan, aktivitas yang kami lakukan yaitu melakukan sharing-sharing dengan manager Gulung Jenebora dan melihat serta mengetahui cara memproduksi kue-kue tersebut, kami juga sempat mencicipi kuenya dan rasanya enak sekali, dengan varian rasa dan bentuk yang berbeda dari yang lain. Selain menjual kue, Gulung Jenebora sendiri juga menjual pakaian khas Kota Balikpapan. Bagi wisatawan yang bepergian ke Balikpapan jangan lupa mengunjungi tempat ini.

Bersama salah satu chefnya